IFWADI, S.Pd

Foto saya
Bireuen, Aceh, Indonesia
KETUA MGMP IPS SMP BIREUEN

Jumat, 13 November 2020

Memburu Naskah Perjanjian Antara Kerajaan Aceh Dengan Amerika Serikat

MEMBURU  NASKAH PERJANJIAN  ANTARA  KERAJAAN  ACEH  DENGAN  AMERIKA  SERIKAT 
Suatu tulisan yang   dituangkan     dalam     bentuk perjanjian jelas akan mengandung makna bagi sekelompok   masyarakat,   apalagi   kalau dalam tulisan itu secara jelas tertera suatu masalah penting seperti huhungan diplomalik antar negara.

Perjanjian yang berisikan hubungan diplomatik itu merupakan benda berharga dan pasti akan “diburu” untuk mendapatkannya  seperti yang dilakukan H. M.Nur El Ibrahimy terhadap naskah berusia sekitar 120 tahun yang merupakan tulisan Tuanku Ibrahim Raja Fakih Ali Pidie. Untuk memperoleh naskah tersebut, El  Ibrahimy berburu hingga ke Amerika Serikat.

Boleh jadi tulisan tuanku Ibra¬him Raja Fakih Ali Pidie belum bermakna   pada   saat  hubungan diplomatik   Aceh   dan   Amerika Serikat mulai dijalin, namun pada tahun 1990-an buah karya putra Aceh tersebut mulai dicari orang. M.Nur El  Ibrahimy  (83) yang mengaku  sudah  30 tahun, tidak pulang ke Aceh untuk memburu naskah berusia 120 tahun di Amerika Serikat.

 Dan keinginannya itu akhirnya terwujud pada tahun  1994. “Hari ini bagi saya merupakan hari yang indah, hari gembira dan bahagia dalam hidup saya. Gembira, karena janji yang saya   berikan   kepada   Gubernur Aceh    bahwa   semua   dokumen sejarah Aceh yang saya peroleh dari U.S. National Archives, Washington, akan   saya   serahkan kepada rakyat Aceh, dapat saya tepati, katanya.

Dalam sambutannya yang dibacakan putri tertuanya, Susan¬na, M.Nur El Ibrahimy mengatakan, “Bahagia, karena dokumen sejarah Aceh yang raib dari tanah Areh selama hampir 1 1/4 abad tidak ketahuan rimbanya, sempat saya antarkan kembali ke persada tanah leluhur, sebelum saya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa ke Hadhiratnya,”

la mengatakan, dari sejarah kita belajar mencintai tanah air, dengan sejarah memupuk semangat dan tanpa pamrih mengabdi kepa¬da tanah air, dan akhirnya kepada sejarah pula berpedoman dalam berpacu mengejar masa depan vang lebih baik dan lebih cerah. Seratus tahun lalu sekitar akhir Agustus atau September 1873, di gedung konsulat di Singapura telah berlangsung suatu pertemuan bersejarah antara konsul  Amerika, Mayor Studer dan Tuanku Ibrahim Raja Fakih Ali Pidie.

Ibrahim yang merupakan wakil mutlak sultan Alaidin Mahmud Syah, dapat dikatakan seorang pejabat tinggi sultan yang bertindak sebagai menteri luar negeri Kerajaan Aceh waktu itu dan merupakan arsitek dari draf  perjanjian Aceh Amerika. Pertemuan tersebut disaksikan seorang peja¬bat bawahan Tuanku Ibrahim, dan dari pihak Studer disaksikan oleh Cyrus Wakefield dari Boston Firm of Cyrus Wakefield, jelas tokoh masyarakal Aceh tersebut.

Dalam pertemuan itu, tuanku Ibrahim menyerahkan seberkas dokumen kepada Studer. Doku¬men tersebut terdiri dari lima buah,  yakni dokumen induk yang berisikan perjanjian Aceh-Amerika yang dibuat sendiri oleh Tuanku Ibrahim. Dokumen ini terdiri dari dua lembar, ditulis dengan bahasa Melayu-Aceh lama dengan memakai huruf Arab yang sukar dimengerti oleh generasi muda sekarang. Dokumen ini disertai terjemahannya dalam bahasa Inggris yang terdiri dari tiga lembar.

Dokumen kedua adalah sepucuk surat dari Tuanku Ibrahim se¬bagai wakil mutlak Sultan Aceh kepada Jenderal Grant, Presiden Amerika Serikat. Surat ini ditulis dalam bahasa lnggris, jelas M.Nur el Ibrahimy.

Sedangkan dokumen ketiga adalah dekrit Sultan Aceh membentuk Dewan Tiga yang terdiri dari Teuku Muda Nyak Malim, Teuku Maharaja Mangkubumi dan Tuanku Ibrahim Raja Fakih Ali pidie, untuk mengelola segala urusan pemerintah, guna menjamin keselamatan bangsa dan negara dalam menghadapi ancaman Belanda.

Dua dokumen lainnya adalah keputusan Dewan Tujuh di Pulo Penang dan surat pribadi kakak tuanku Ibrahim kepada Ibrahim. Surat-surat ini merupakan “cre¬dentials” dan mengandung data sejarah yang tidak diketahui oleh ahli-ahli sejarah, katanya.

Penyerahan dokumen kepada konsul Amerika dalam rangka usaha Sultan Alaidin Mahmud-Syah untuk mengikat suatu perjanjian persahabatan dan aliansi dengan Amerika Serikat, sebagai suatu upaya untuk menghindari atau menghadapi perang yang tidak adil yang dikobarkan oleh Belanda terhadap Aceh.

Sebulan kemudian, kata tokoh Aceh itu, tepatnya pada 4 Oktober 1873, draft perjanjian Aceh-Ame¬rika dengan dokumen dokumen lain yang terkait ditransfer oleh konsul Amerika, Studer ke Deplu AS di Washington DC.

Hasrat memiliki
Peristiwa pertemuan antara tuanku Ibrahim dan Studer di Singapura pada akhir tahun 1873 itu pantas dicatat dalam sejarah sebagai suatu peristiwa besar, sebab hal itu terjadi jauh sebelum fajar kebangkitan Asia menyingsing pada tahun 1905, katanya. “Saya mengetahui draft itu berada di Amerika Serikat dari Dr. James Werren Gould. la adalah profesor dari Clearmount College di Cali¬fornia,” jelasnya.

Pada tahun 1960, ia bertemu dengan James di Hollywood Inn. Doktor James adalah orang pertama yang menemukan draft perjanjian tersebut di State Departement’s Archives, ketika ia mengadakan penelitian untuk menulis sebuah artikel, yang kemudian dimuat dalam majalah “The An¬nals of Iowa” tahun 1957. “Saya ingin sekali melihat draft perjanji¬an Aceh-Amerika itu, sekurang-kurangnya kalau dapat ingin memiliki fotocopy. Tetapi bagaimana, saya pada waktu itu sedang dalam perjalanan pulang ke tanah air,” kata M.Nur el Ibrahimy.

Pada awal tahun 1992, tatkala ingin merampungkan penulisan naskah “Selayang Pandang Langkah Diplomasi Kerajaan Aceh” yang terbengkalai, timbul gairah kembali untuk memburu doku¬men draft perjanjian Aceh-Ame¬rika itu. “Perburuan saya lakukan dua jurusan. Dari satu jurusan saya suruh anak saya Susanna dan Nisrina menghubungi USIS (Pusat Pelayanan Informasi AS) di Jakarta, sedangkan jurusan kedua, saya sendiri menulis surat kepada Departemen Luar Negeri Amerika Serikat di Washington melalui American Embassy di Jakarta,’ katanya.

November 1992, Mr Stewart dari Kedubes AS mengirim kawat ke USIS di Washington, dan meminta tolong dicarikan di Deplu AS naskah mengenai ‘The Achehnese – American Treaty Proposal”, dan minta dikirimkan ke Perwakilan Kearsipan AS di Jakarta.

Bulan Desember 1992, Miss Betsy Franks dari USIS Washing¬ton mengirim pesan kepada perwakilan mereka di Jakarta yang isinya meminta penjelasan lebih lanjut karena “The Achehnese -American Treaty Proposal” tidak dikenal di kalangan Deplu AS.

Berhasil ditemukan
Setelah “dicari beberapa bulan, akhirnya draft itu ditemukan pada 30 Juli 1993. Tokoh masyarakat Aceh tersebut berhasil memburu naskah tua yang merupakan Draft Perjanjian Aceh-Amerika melalui Pusat Kebudayaan AS di Jakarta.

Dokumen itu merupakan sejumlah fotocopy  yang mengan¬dung peristiwa peristiwa penting berkaitan dengan sejarah Aceh yang hampir satu seperempat abad boleh dikatakan tidak diketahui masyarakat dunia, bahkan oleh ahli sejarah Aceh sendiri, kata M.Nur El Ibrahimy. “Sejak berada di tangan, saya sudah berniat menyerahkan pusaka nenek moyang (Achehnese Heritage) yang tidak ternilai itu kepada rakyat Aceh, tegasnya.

Dengan rujuknya warisan terse¬but ke pangkuan persada tanah air, sejarah Aceh perlu disempurnakan, dengan menempatkan peristiwa pada proporsi yang sebenarnya. Semua draft perjanji¬an Aceh – Amerika yang ditanda-tangani tahun 1873 di Singapura antara utusan kerajaan Aceh dan konsulat Amerika, diserahkan kepada Gubernur Aceh Syamsuddin Mahmud dalam suatu acara sederhana yang berlangsung be¬lum lama ini.

Gubernur mengharapkan agar dokumen itu dijaga karena meru¬pakan warisan yang tak ternilai harganya. “Apalagi mendengar kisah memburunya terasa sulit, sehingga pusaka nenek moyang tersebut benar-benar bisa menjadi bahan rujukan generasi muda mendatang”, kata Gubernur.
Saidulkarnain Ishak/ans
 
( Sumber: Harian SERAMBI INDONESIA, Minggu, 20 November 1994 halaman 7. Disalin kembali oleh: T.A. Sakti )

Paya Kareueng, Bireuen, 13 November 2020 (Ifwadi Taib) 

Sabtu, 07 November 2020

Pahlawan Yang Terlupakan

Menyambut Hari Pahlawan. 10 November 2020:

PAHLAWAN ACEH YANG BELUM DIAKUI PEMERINTAH INDONESIA
 
 
                                                                   Tuanku Hasyem Banta Muda
Sempena memperingati hari Pahlawan, sengaja saya  posting  hasil “Seminar perjuangan Aceh sejak 1873 sampai dengan Kemerdekaan Indonesia” yang diketik ulang dari majalah Sinar Darussalam, Kopelma Darussalam, Banda Aceh. Kebetulan arsip yang tersedia tidak lengkap baik bagian awal maupun di ujungnya. Semoga dengan pemuatan ini bermanfaat bagi pembaca dan alhamdulillah pada hari ini saya dalam keadaan sehat sekeluarga. Mudah-mudahan pada masa-masa yang akan datang rahmat Tuhan semakin melimpah adanya. 

Bale Tambeh, Selasa 25 Ramadhan 1433H
14 Agustus 2012M

T.A. Sakti
 
1. Peranan serta Heroisme/Patriotisme para pejuang dan rakyat di Aceh yang telah ikut mengambil peranan aktif sejak 1873 sampai dengan Kemerdekaan Indonesia.
2. Bahwa Seminar bertujuan untuk menginpentarisir pendapat para ahli dan pencinta sejarah, menggali dan mengungkap serta memperkembangkan nilai-nilai sejarah perjuangan di Aceh untuk dibina dan diwariskan kepada Generasi Penerus, menyimpulkan bahan-bahan pertimbangan guna penilaian terhadap tokoh tokoh pejuang, dalam rangka mensukseskan pembangunan Bangsa dan Negara.
3. Bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan di atas, Seminar perlu mengambil dan merumuskan kesimpulan-kesimpulan Se¬minar.

M E M U T U S K A N :
MERUMUSKAN : KESIMPULAN SEMINAR PERJUANGAN ACEH SEJAK 1873 SAMPAI DENGAN KEMERDEKAAN INDONESIA, SEBAGAI BERIKUT :
I. UMUM :
1. Dalam rangka pengisian program pembangunan Pemerintah yang berlandaskan Pancasila dan bertujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya, khusus dari segi Heroisme dan Patriotisme, maka adalah penting usaha usaha memelihara dan mengembangkan nilai-nilai perjuangan Bangsa Indonesia yang telah dibenihkan dan ditanam pada masa-masa yang lampau.
2. Nilai-nilai perjuangan tersebut yang telah pernah mencapai titik puncak kejayaannya dalam satu masa, perlu diketahui dan diwariskan kepada Generasi berikutnya.
3. Adalah penting usaha-usaha untuk terus menggali dan menemukan nilai-nilai perjuangan yang belum diketahui.
4. Seminar telah menemukan data-data positif bahwa: nilai-nilai perjuangan kemerdekaan di Aceh yang telah dapat diungkapkan sejak tahun 1873 s/d Ke-merdekaan Indonesia, menunjukkan semangat Heroisme dan Patriotisme yang demikian tinggi.
5. Perumusan-perumusan yang te¬lah disetujui dalam Seminar di atas terdiri dari:
   - Bidang- tentang nilai-nilai per¬juangan Kemerdekaan di Aceh.
   - Bidang tentang penggalian, pemeliharaan dan pengembangan sejarah perjuangan Kemerdekaan di Aceh.
   - Bidang tentang tahap-tahap perjuangan Kemerdekaan Aceh.

II. BIDANG : NILAI-NILAI PERJUANGAN KEMERDE¬KAAN DI ACEH
1. Nilai-nilai perjuangan.
a. Ajaran Agama Islam yang berakar dan bertumbuh dalam masyarakat Aceh sejak berabad-abad yang lain sampai sekarang, merupakan pandangan hidup yg menjiwai sikap dan perbuatan, rakyat Aceh dalam berbagai aspek kehidupan, dan telah menjadi tenaga penggerak bagi patriotisme perjuangan melawan Belanda dan perjuangan Kemerdekaan Indonesia. 
b. Pandangan hidup rakyat Aceh yang dijiwai oleh Agama Islam itu adalah sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam dasar dan filsafat Negara Pancasila, di mana rakyat Aceh telah sejak lama mewujudkan di dalam kehidupannya keimanan yang teguh kepada ALLAH Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan, bermufakat dalam megambil setiap keputusan dan melaksanakan prinsip-prlnsip keadilan sosial. 
c. Pendidikan di Aceh, baik pendidikan Agama Islam yang tradisionil dan yang selanjutnya di perbaharui, maupun pendidikan umum yang mulai timbul pada permulaan abad ke XX, tetap menghasilkan pribadi-pribadi yg menghayati dalam hidupnya nilai-nilai Agama dan kebudayaan Islam yang tumbuh dalam masyarakat.
Pendidikan tersebut telah pula berperanan di dalam memperbesarkan kecintaan Kepada bangsa dan kepada kemerdekaan, serta semangat membangun dan memajukan berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat. 
d. Kesadaran Nasional dan persatuan bangsa yang telah menjiwai rakyat Aceh terbukti dari kenyataan sejarah, bahwa sekalipun pada waktu setelah Proklamasi 1945 Aceh dihadapkan kepada berbagai tantangan, namun rakyat Aceh telah memilih untuk tetap bersatu dalam negara kesatuan Republik Indonesia, Selain telah turut serta secara aktif dalam perjuangan fisik, rakyat Aceh telah membiayai perjuangan Pemerintah Republik Indonesia baik di dalam maupun di luar negeri. 
e. Berdasarkan kenyataan sejarah, Seminar berpendapat bahwa Aceh tidak pernah ditaklukkan sampai dengan kekuasaan Jepang.
Sehubungan dengan itu maka istilah Pemberontakan adalah ti¬dak tepat dipakai di dalam setiap perjuangan rakyat Aceh menentang kekuasaan Belanda.

2. SARAN-SARAN.
a. Sejarah Aceh di masa lampau telah menunjukkan kenyataan bahwa sebelum datangnya pengaruh Belanda sistim pemerintahan telah tersusun dengan baik demikian pula di dalam bidang Meritim dan Perekonomian lainnya telah dicapai kemajuan yg besar. Untuk dapat mengetahui bagaimana kemajuan-kemajuan yang telah diperoleh itu maka perlu sekali dilakukan penelitian
b. Perlu diadakan penelitian me¬ngenai Perjuangan Kemerdeka¬an Proklamasi 1945 di Aceh, misalnya mengenai proses terjadinya proses pembentukan kekuatan, perjuangan di Front Barat dan di Medan Area, serta mengenai perlawanan sebelum Agresi Belanda I dan II.
c. Untuk dapat meneruskan nilai-nilai perjuangan Kemerdekaan rakyat Aceh 
d. masa lampau kepada Generasi yang akan datang maka perlu ditulis buku sejarah perjuangan rakyat Aceh dan menerbitkan majallah sejarah Aceh. Di samping itu pelajaran sejarah Aceh perlu diintensifkan pelaksanaannya pada sekolah-sekolah.
e. Untuk dapat mengetahui sejarah Aceh lebih dalam dan meluas perlu diadakan Seminar perjuangan Aceh ke II dalam waktu yang singkat.
f. Untuk dapat meneruskan kegiatan dalam bidang sejarah Aceh maka perlu didirikan suatu Lembaga Sejarah Aceh.

III. BIDANG PENGGALIAN, PEMELIHARAAN DAN PENGEMBANGAN SEJARAH KEMERDEKAAN DI ACEH.
1. Penggalian untuk menemukan benda-benda dan dokumen sejarah:
a. Penggalian ilmiah di pusat-pusat sejarah yang ada di Aceh perlu lebih diintensipkan dari pada masa yang lain.
b. Menggiatkan usaha-usaha, baik melalui Pemerintah maupun masyarakat untuk menggalakkan pengumpulan dokumen sejarah baik yang bersifat umum, nasional dan khususnya dokumen sejarah Aceh baik yang berasal dari luar maupun dari dalam negeri. Dokumen-dokumen mengenai Aceh supaya disimpan di Aceh dan duplikatnya disebarkan ke museum-museum yang ada di Indonesia. 
c. Dokumen-dokumen sejarah yg masih ada pada masyarakat dan merupakan milik pribadi supaya dapat diinpentarisir oleh Pe¬merintah dan kemudian diusahakan menjadi milik Negara.
2. Memelihara/mengawetkan ben¬da-benda dan dokumen sejarah.
a. Dalam memelihara benda-benda/dokumen-dokumen bersejarah, supaya Monumenten Ordonansi Stbl. 238 thn 1931, instruksi KOPKAMTIB No. 1115/002/ Kopkam/I/1973 serta Peraturan-peraturan yg masih berlaku mengenai penyelamatan harta warisan budaya nasional hendaknya dilaksanakan secara intensif di daerah Istimewa Aceh.
b. Diharap kepada Pemerintah, sejarawan dan peminat-peminat sejarah berusaha memberi kesadaran kepada seluruh rakyat di Aceh, agar turut serta memeli¬hara dan menjaga benda-benda/dokumen-dokumen sejarah, ba¬ik yang berbentuk monumen-monumen, kuburan-kuburan/nisan-nisan, bangunan-bangunan, naskah-naskah serta benda-benda budaya yang mempunyai nilai historis.
c. Benda-benda dan dokumen-dokumen sejarah yang diserahkan oleh masyarakat kepada Peme¬rintah supaya diberi imbalan (ganti rugi) sesuai dengan nilai yang terkandung dalam materi tersebut, dan disertai pemberian surat penghargaan kepada bekas pemiliknya. 
3. Permuseuman/kepurbakalaan.
a. Diharapkan kepada semua pihak, baik Pemerintah maupun masyarakat, membantu museum-museum yang ada di Aceh sehingga dapat berfungsi sebagai mana mesrinya.
b. Semua hasil penggalian ilmiyah yang dilakukan di daerah Istimewa Aceh supaya disimpan dalam museum yang ada di Aceh. 
c. Supaya museum-museum yang ada di Aceh juga diisi dan dilengkapi dengan koleksi-koleksi perjuangan.
d. Semua warisan budaya Nasional di Aceh yang sudah diketahui/dilaporkan kepada Pemerintah hendaknya diinpentarisir seluruhnya, segera dipelihara dan dirawat sebagaimana mestinya. 
e. Semua warisan budaya Nasional di Aceh yang telah rusak supaya secepat mungkin dipugar (direstorasi), dan terhadap yang tidak mungkin dipugar kembali supaya diselamatkan ke Taman taman kepurbakalaan. Untuk keperluan tersebut, maka perlu secepatnya dibangun Taman-taman kepurbakalaan di tempat-tempat yang banyak peninggalan kepurbakalaannya. Sedangkan untuk situs-situs kepurbakalaan yang sangat penting seperti Bukit Kerang dan Paya Meuligoe (di Aceh Timur); Cot Astana di Pase (Aceh Utara) dan lain-lain, hendaknya lokasi tersebut dijadikan sebagai cagar bu¬daya.
f. Dianjurkan agar di tempat-tempat yang pernah terjadi suatu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan rakyat Aceh hendaknya diabadikan dengan suatu bentuk bangunan yang sifatnya lebih memungkinkan rakyat Aceh khususnya atau bangsa Indonesia umumnya untuk mengenai dan mengenang kembali nilai-nilai dari peristiwa yang bersejarah itu.
4. Perpustakaan ;
a. Perpustakaan Negara yang ada di Banda Aceh supaya dapat dilengkapi dengan bahan-bahan pustaka yang menyangkut sejarah dan perjuangan rakyat di Aceh.
b. Hendaknya Pemerintah Daerah dapat lebih memperhatikan akan kebutuhan perpustakaan Negara tersebut, sehingga fungsinya dapat lebih berkembang dan manfa'atnya dapat dirasakan oleh semua pihak. 
c. Perpustakaan lain bendaknya dapat pula dilengkapi dengan bahan pustaka yang mengandung nilai-nilai perjuangan Nasional pada umumnya dan nilai perjuangan kemerdekaan Indonesia di Aceh khususnya.
5. Penelitian :
a. Perlu diintensipkan aktifitas penelitian ilmiah, baik dalam bentuk penelitian perpustakaan (Library recearch) maupun penelitian di lapangan (Field rese¬arch).
b. Penelitian perpustakaan harus menggunakan sumber-sumber terpercaya, baik yang didapat dalam perpustakaan yang ada di Aceh, di luar Aceh, maupun dari sumber-sumber perpustakaan luar negeri.
c. Penelitian terhadap perkembangan sosial budaya masyarakat Aceh hendaknya meliputi bidang penelitian sejarah, penelitian Anthropology, penelitian Archeology (kepurbakalaan) dengan menggunakan metode-metode yang terbaru.
d. Penelitian dimaksud di atas bertujuan untuk memperoleh data, keterangan-keterangan tentang aspek heroik, aspek perjuangan physik, motivasi perjuangan dan nilai-nilai lainnya yang dapat dibagi di dalam beberapa fase, sebagai berikut:
1) Fase prolog Perang Aceh melawan Belanda (sebelum tahun 1873)
2) Fase Perang Frontal (1873 s/d 1904).
3) Fase Perang Gerilya (1904 s/d 1942).
4) Fase Perjuangan melawan Jepang (1942 s/d 1945).
e. Penelitian Anthropology bertujuan untuk memperoleh data mengenai pertumbuhan sosial bu¬daya masyarakat Aceh yang meliputi bidang Etnography, Struktur Sosial. Adat Istiadat, Kesenian Daerah, Bahasa dan Sastra Daerah, Folklore dan Bidang Religi.
f. Penelitian bidang kepurbakalaan bertujuan untuk memperoleh data tentang warisan budaya yg tersimpan/terpendam di Aceh.
6. Penulisan sejarah.
a. Penulisan sejarah adalah karya yang normative, bertujuan menggali, membina dan melukiskan peristiwa-peristiwa sejarah de¬ngan teliti dan setepat-tepatnya untuk kepentingan generasi masa kini dan masa mendatang. Oleh karenanya penulisan sejarah Aceh harus ditegakkan dalam kerangka sejarah Nasional dengan berazaskan falsafah seja¬rah Nasional, demi cita-cita keutuhan bangsa.
b. Penulisan sejarah perjuangan Aceh harus menunjukkan ciri-ciri dan identitas Nasional, arti nya harus ditilik dari sudut ke pentingan perjuangan Bangsa, prinsip mana harus diperkuat dengan usaha penyusunan kembali tulisan sejarah yang ada sebelumnya, yang pada umumnya masih dipengaruhi oleh penulis-penulis kolonial.
c. Dengan hasil penulisan sejarah yang bersifat Nasional, diharapkan dapat mengisi kebutuhan bacaan sejarah yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bacaan masyarakat umum/mahasiswa dan para pelajar.
7. Seminar, diskusi, lokakarya, dan bentuk-bentuk forum pertemuan lainnya.
a. Kegiatan-kegiatan Seminar, diskusi, lokakarya dan bentuk-bentuk forum pertemuan lainnya perlu ditingkatkan dalam bentuk yang lebih konkrit dan menjurus, guna membahas dan mengambil kesimpulan-kesimpulan tentang berbagai bidang kehidupan masyarakat antara lain :
1) Bidang pendidikan,
2) Bidang sosial budaya,
3) Bidang perekonomian,
4) Bidang Agama, dan
5) Bidang-bidang lainnya.
b. Kegiatan-kegiatan tersebut di atas merupakan tindaklanjut dari usaha pengembangan semua aspek kehidupan masyarakat Aceh khususnya dan bangsa Indone¬sia umumnya.
8. Saran-saran:
a. Dalam hubungan dengan pe¬ngembangan sejarah dan aspek-aspek kehidupan sosial budaya perlu dibentuk suatu Yayasan yang bersifat permanen yang berpusat di Banda Aceh (Ibu kota Propinsi Daerah Istimewa Aceh) dan sekaligus membentuk cabang-cabangnya disetiap Kabupaten dan di daerah-daerah tertentu sesuai menurut kubutuhannya.
b. Yayasan tersebut perlu diasuh dengan sebaik-baiknya dan harus mendapat fasilitas atau dukungan sepenuhnya dari Pemerintah Daerah, Lembaga Penelitian serta Perguruan Tinggi dan masyarakat luas. 
c. Segala kegiatan penelitian yang akan dilakukan di Daerah Istimewa Aceh yang datangnya dari pihak asing dan atau Badan-badan penelitian yang berasal dari luar daerah Aceh hendaknya dapat diusahakan suatu kerjasama yang baik dengan Yayasan tadi, sehingga hasil dari setiap penelitian objektip dan terjamin kemurnian dan keutuhannya.

IV. BIDANG : TAHAP-TAHAP PERJUANGAN DI ACEH.
1. Tahap-tahap perjuangan :
a. Bahwa sejak abad ke XIV (dizaman Gajah Mada) Wilayah Nusantara di mana termasuk Aceh adalah merupakan Wilayah Republik Indonesia yang telah berhasil kita rebut kembali dari penjajah, sehingga setiap perjuangan mempertahankan Kemerdekaan masa sebelumnya di bagian Wilayah manapun di Indonesia adalah pada hakikatnya perjuangan untuk kebebasan Wilayah Republik Indonesia sendiri.
b. Bahwa perjuangan mempertahankan Wilayah Indonesia di Aceh dari serangan penjajah-penjajah Asing telah berlansung sejak awal ke XVI sehingga dengan demikian dalam menggali, meneliti dan menilai perjuangan kemerdekaan kita haruslah dimulai dari zaman Sultan Ali Mughayyatsyah (1509 - 1530).
c. Bahwa berlandas pada maksud ayat. b. di atas ini, tahap-tahap perjuangan Indonesia di Aceh telah terbagi atas :
1) Tahap dari Sultan Ali Mughayyat Syah 1509 s/d 1530 sampai dengan Sultan Ibrahim Mansursyah 1870.
2) Tahap dari Sultan Mahmud Syah (1870) sampai dengan masa Sultan Muhammad Daudsyah menghentikan perlawanannya pada tahun 1903 sebagai siasat (taktik) perjuangan.
3) Tahap dari masa meningkatnya kontra ofensif yang te¬lah juga intensif sejak 1880 an dari pada Ulama, yaitu dari 1903 s/d 1914. 
4) Tahap dari masa lanjutan perjuangan gerilyawan disamping perjuangan di papan catur politik yaitu masa 1914 s/d 1942.
5) Tahap dan masa perlawanan terhadap pendudukan tentera Facist Jepang sampai masa mengisi Proklamasi 1945 (Kemerdekaan Indonesia).
d. Bahwa pada tahap-tahap dimaksud di atas ini telah terjadi perjuangan fisik dan perjuangan sosial politik dengan segala aspek-aspeknya, baik dengan hasil yg menguntungkan, maupun tidak, telah berhasil memupuk semangat cinta tanah air sedalam-dalamnya dengan mana akan menjadi mudah dibina kekuatan-kekuatan nasional baik sekarang untuk mensukseskan Pelita maupun demi untuk suri dan tauladan bagi "Generasi Penerus" yang akan datang. 
e. Bahwa oleh karena itu seyogianya tepatlah sudah diberikan ."Tanda Kepahlawanan Nasionai" terhadap mereka yang dengan jiwa raga dan segala-galanya telah turut mengambil bahagian aktif dalam perjuangan pada kelima-lima tahap tersebut
2. Saran-saran. 
a. SEMINAR dengan segala kerendahan hati memohon kepada Pemerintah untuk menyatakan kepahlawanan Nasional kepada pejuang tanah air dimaksud pada kelima tahap-tahap tersebut yang namanya sesuai dengan lampiran Keputusan ini (daftar nama-nama para pejuang). 
b. SEMINAR juga berpendapat bahwa bersama mereka yang telah disebut namanya di atas turut juga pejuang-pejuang yang tidak dikenal namanya lagi, tapi sudah seharusnya diakui sebagai Pahlawan setidak-tidaknya pejuang yang sudah mendarma baktikan dirinya, yang tergolong sebagai : "PAHLAWAN YANG TIDAK DIKENAL" untuk mana perlu dibangunnya tugu-tugu diberbagai tempat yg nantinya dapat diteliti letak-letaknya yang tepat.
 
Wabillahit Taufiq Walhidayah. 
Dirumuskan di : MEDAN. 
Pada tanggal : 25 Maret 1976.
Seminar Perjuangan Aceh sejak 1873 s/d Kemerdekaan Indonesia 
Steering Committee

K e t u a,
dto.
(Ir. Usman Hasan)

Sekretaris,
dto.
(Drs. Med. Razali Husin)
 
Lampiran : 

INVENTARISASI
NAMA-NAMA PEJUANG YANG AKAN DIUSULKAN MENJADI PAHLAWAN NASIONAL INDONESIA

1. Sultan Ali Mughyatsyah (1509 - 1530) Pembangun Kerajaan Aceh Darussalam.
2. Sultan Iskandar Muda (1606 - 1636) Pembavva Aceh ke zaman kemasyhurannya.
3. Sultan Alaiddin Mahmudsyah (1870 - 1874) Menghadapi Ultimatum Perang dari Belanda.
4. Sultan Alaiddin Muhammad Daudsyah (1878 - 1939) Menghadapi langsung perang dengan Belanda.
5. Tuanku Hasyim Banta Muda (1858 - 1897) Jendral Besar, Menteri Perang/Pem. Sultan Aceh.
6. T. Panglima Polem Mahmud Cut Banta (1879) Mengalahkan Belanda pada Agresi I.
7. Tgk. Di Meulek Said Abdullah Aljamalullail, Let. Jen./Wakil Panglima Besar.
8. T. Imum Lueng Bata Panglima Dalam, Melawan Belanda sejak Agresi I s/d ajalnya. 
9. T. Panglima Polem Ibrahim Muda Kuala (1891), Melawan Belanda sejak Agresi I s/d ajalnya.
10. Teuku Paya Simpang Ulim, Ketua Dewan Delapan dan berjuang hingga ajalnya. 
11. Tgk. Chik M. Amin Ditiro, syahid di benteng Aneuk Galong 1896.
12. T. Panglima Nyak Makam, syahid di Lam Nga dan Kepalanya diarak Belanda kel. kota. 
13. Teuku Ibrahim Lam Nga, syahid di Gle Tarum 1878 (suami pertama Cut Nyak Dien). 
14. Tgk. Haji Fakinah, Panglima Pasukan Srikandi Aceh.
15. Lamsemana Keumala Hayati, Panglima Angkatan Laut Wanita Aceh di abad XVI.
16. Teuku Imum Lam Krak, syahid tgl 9-4-1873 di hari pertama perang Aceh.
17. Teuku Rama Setia, syahid tgl. 9-4-1873 di hari pertama pe¬rang Aceh.
18. T. Raja Fakeh Dalam Pidie, Panglima Barisan dari Pidie.
19. T. Muda Cut Lateh Meureudu, Panglima Pasukan dari Meureudu dan telah berjuang 1863.
20. T. Nyak Lam Uleebalang Teunom, Panglima Barisan Aceh Besar, syahid.
21. Teungku Chik Tanoh Abee, Panglima dan Ulama Besar. 
22. Teungku Chik Di Kuta Karang, Panglima dan Ulama Be¬sar.
23. Teungku Chik Pante Kulu, Pe¬juang dan Pengarang Hikayat Perang Sabil.
24. Teuku Nanta Setia, Ayah Cut Nyak Dien, berjuang hingga akhir hayatnya.
25. Teuku Panglima Polem M. Daud, Panglima Grilyawan 1891 - 1903 Panglima Sagi XXII muk.
26. Tuanku Raja Keumala, Pemim. Grilyawan/Ulama, pembaharu pendidikan di Aceh. 
27. Teuku Syah Lidrus, syahid 12-12-1873 di-mukim III Tungkop.
28. Tgk. Haji Ali, syahid tgl. 13-12-1873 di Cot Paya Tungkop.
29. T. Panglima M. Arif Montasiek, bejuang sampai ajal 1875.
30. T.. Ali Baet, Uleebalang Baet XXII mukim, syahid.
31. T.R. Abdullah P. Polem, syahid di Aneuk Galong th. 1878.
32. Teuku Keunaloe Seulimum, Panglima Pasukan Seulimum, berjuang hingga ajalnya.
33. T.R. Abdullah Lam Kabeue, syahid di Glee Yeung 1878.
34. T. Ajat Muda Ie Alang, berju¬ang hingga akhir hayatnya.
35. T. Muda Ben, adik Panglima Polem, berjuang hingga akhir hayatnya.
36. T. RAJA Bintang, paman P. Polem, berjuang hingga ajalnya
37. T. Muda Haji, saudara P. Po¬lem, berjuang hingga ajalnya.
38. T. Cut Blang, saudara P. Po¬lem, berjuang hingga ajalnya.
39. T. Muda Lateh LAM Leuot, berjuang sampai ajalnya.
40. T. Po Amat Lam Nga, ayah T. Ibrahim Lam Nga, syahid di permulaan agresi ke II.
41. T. Ujung Arun, ayah Panglima Nyak Makam, syahid dalam permulaan agresi ke II.
42. Tgk Chik Umar Lam U, syahid di Lam U.
43. T. Hasan Bin T. Paya, syahid di Ulee Lheue.
44. T. Tuanku Hitam, syahid di Gunung Biram 1878.
45. T. Muhammad Batee, syahid di Batee Pidie.
46. Tuanku Nurraden, dibuang Belanda.
48. Pocut Meurah Biehe, Syahid.
49. T. Ibrahim MonTasiek, sya¬hid. 
50. T. Johan Lam Pase, ditawan dan diasingkan Belanda.
51. Habib Meulaboh, syahid.
52. Teunku Cot Plieng, syahid.
53. T. Polem Dalueng, syahid.
54. Tgk, Kubat, syahid.
55. Tgk. Chik Di Ribee, syahid.
56. Tgk. Alue Keutapang, syahid.
57. Tgk. Cot Cicem, syahid.
58. Tgk. Leman Tong Peria, syahid.
59. Habib Teupin Wan, syahid.
60. Tgk. Imum Rifin Lam Sujen, syahid.
61. Tgk. Chi' Ditiro Mayet, syahid.
62. Tgk. Chi' Ditiro Ma'ad, syahid
63. Tgk. M. Ali Ditiro, 21 Mei 1910 syahid.
64. Tgk. Harun, syahid.
65. T. Bentara Seumasat Glumpangpayong H. Gam, di-inter-nir ke Jawa.
66. T. Keumangan Pocut Usman,
67. T. Keumangan Abdul Latif, di internir ke Betawi.
68. Pocut Dirambong, diintenir ke Betawi.
69. Pang Sane, syahid. 
70. Pang Andah, syahid.
71. Panglima Dagang Blang Jeurat syahid.
72. Peutua Gam Masin, syahid. 
73. T. Chi' Pante Geulima Meureudu, 1901 syahid. 
74. Teungku Haji Muda Muham¬mad Hanafiah, 1901 syahid. 
75. T. Muda Dalam Lam Beusou, 
76. Tgk. Muda Usuh Lam Siron, syahid.
77. Tgk. Nyak Hasan Lam Nyong, syahid.
78. Tgk. Nyak Dalam Keumire, syahid.
79. T. Maharaja Mansur Meureudu, syahid.
80. T. Chi' Lam Pisang Cot Lam Gle, syahid.
81. Panglima Abas Montasiek, syahid.
82. Pang Rudeuep, syahid.
83. Tgk. Mu'id Lhong, syahid. 
84. T. Ben Peukan Meureudu, di internir ke Betawi, syahid. 
85. T. Bentara Titeue, tewas. 
86. T. Imeum Lam Ara, syahid. 
87. T. Keuchi' Ali Mamprei, sya¬hid,
88. Pang Amad Krueng Kalee, syahid.
89. Imeum Lam Teungoh Mukim VI, syahid.
90. Said Ujud, syahid.
91. Panglima Ma' Asan, syahid.
92. Pang Leman, syahid.
93. Pang Amad Lho'nga, 1899 syahid.
94. Imeum Lam Ara, 1899 syahid. 
95. T. Amad Krueng MA, syahid. 
96. Tgk. Mat Amin Lam Birah, 1899 syahid.
97. Syekh Tou, 1899 syahid di Jreu.
98. Nyak Leman, syahid di Jreu. 
99. Keuch’ Him, 1900 syahid.
100. T. Amad Gle Cut, syahid. 
(No. 1 s/d 100 dari front Aceh Besar dan Pidie) 
101. T. Uleebalang Baro Krueng Geukueh, syahid. 
102. T. Berahim Blang Me, syahid. 
103. Pang Kaoy Kruengraya, Aceh Besar, syahid.
104. Tgk. Ali Gle Yeueng, syahid.
105. T. Alibasyah, Geudong, Lam Kabeue, Aceh Besar syahid. 
106. T. Muda Lateh, Lam Kabeue, Aceh Besar syahid. 
107. T. Daud, Lam Kabeue, Aceh Besar,  syahid.
108. Pang Ubit, di Batee Iliek.  syahid. 
109. Pang Makam, di Batee Iliek syahid.
110. Panglima Tgk. Mata IĆ«, syahid 
111. Panglima Prang Beurahim, syahid.
112. T. Husin Blang Gapui, syahid. 
113. Tgk. Di Aceh, syahid. 
114. Nyak Mamad Peureula'. tewas di Gayo 1901 syahid. 
115. T. Keujruen Krueng Kala Lhong, tewas di Gayo 1901 syahid.
116. Tgk. Haji Harun, tewas di Rigaih 1903 syahid,
117. Pang Amin, tewas di Rigaih 1903 syahid.
118. Panglima Mahmud, tewas di Rigaih 1903 syahid.
119. Panglima Cut, tewas di Meulabah, syahid.
120. T. Pidie, tewas di Buloh Meulaboh, syahid.
121. Imeum Gam Lam Kunyet, tewas di Tangse, syahid.
122. Panglima Prang Meglih, syahid
123. Pang. Asan, syahid di Teupin raya thn. 1903.
124. Tgk. Haji Uma Peuduek, syahid di Leungputu.
125. Pang Polem, syahid di Lancok,  Pidie.
126. T. Manyak Keumala, syahid 1903.
127. T. Mahmud Keumala. syahid 27 Maret 1903.
128. Pang Amat, syahid 27 Maret 1903;
129. Keutjhi' Puteh Blang Guci, syahid.
130. Habib Usuh, Onou syahid '03
131. Keuchi' Usman Tiro,  syahid 1903,
132. Pang Cut Ubit, syahid 1903.
133. Pang Seuman Busu, syahid 1903.
134. Pang Asan Busu, syahid 1903.
135. T. Keuiruen Musa, syahid.
136. Tgk. Ma' Ali, syahid 1903. 
137. Pang Njong, syahid 1903.
138. T. Rajeu', syahid 1903.
139. Habib Wahab, Gigieng, syahid 1903.
140. T. Bentara Blang Peuduek, syahid 1903, Juli.
141. Tgk. Mat Tahe, syahid 1903, Juli di Blue',
142. T. Raja, Lageun, syahid 1903 Juli.
143. T. Beurdan, Lageun syahid 1903, Juli.
144. Tgk. H. Kasem Cot Cicem, syahid. 
145. Pang Ngalan, syahid 1903, Juli di Cot Cicem.
146. Tgk. Daud, syahid 1903, Juli di Cot Cicem.
147. Pang Seuman, syahid 1903, Juli di Cot Cicem.
148. Pang Asan, syahid 1903, Juli di Cot Cicem.
149. Pang Ateue', syahid 1903, Juli di Cot Cicem.
150. Pang Andak, syahid 1903, di Ieleubeue.
151. Nyak Muda Daud, syahid 1903 di Ieleubeue.
152. Habih Garot, syahid 1903, di Ieleubeua.
153. Tgk. Mat Seuman, syahid 1903 di Didoh.
154. Pang Areh syahid 1903, di Cot Cicem.
155. Tgk. Rahman Titeue, syahid 1903. September di Mangki.
156. Panglima Prang Meureudu, syahid 1903, Desember di Mureue.
157. Panglima Prang AH, syahid 1904 di Pasi Lho'
158. T. Manyak, Keumal 5 syahid 1902, Oktober.
159. Pang Dullah, syahid 1904, Pebruari di Cot Trieng.
160. Pang Andak, syahid 1904, Maret di Lam Meulo.
161. Pang Malem, syahid 1904, Ma di Lam Meulo. 
162. Tgk. Ibrahim, syahid 1904, Maret di Lam Meulo. 
163. T. Ibrahim Montasie', syahid 1904, Maret di Geumpang.
164. Tgk. Dorahman, syahid 1904, Maret di Geumpang.
165. Nyak Muda, syahid 1904, April di Panteraja.
166. Pang Arun, syahid 1904, April di Panteraja.
167. Tgk. Lante Tirou, syahid 1904 April di Panteraja.
168. Pang Dadeh syahid 1904 Juni di Panteraja.
169. Pang Polem, syahid 1904 Mei di Aron.
170. T. Ubit, syahid 1904, Mei di Aron.
171. Pang Akob, syahid 1904, Juni di Aroja.
172. Pang Andak, syahid 1904, Juni di Aron.
173. Nyak Muda Daud, syahid 1904
174. Keujruen Daud, syahid 1904, Desember di Cotmurong.
175. T. Haji Gantoe, Pieung syahid 1904. 
176. Tgk. H. Seuman, Blue', syahid 1904.
177. Tgk. Aceh Busu, syahid 1904.
178. Tgk. H. Him, syahid 1904.
179. Tgk. H. Dullah, syahid 1904.
180. Tgk. Amat Diman, syahid 1904. 
181. Di Rangkang Timu, sya¬hid 1904.
182. Pang Ulong, syahid 1904.
183. Pang Saleum, syahid 1904.
184. Pang Lah Peuduek, syahid 1904, Agustus 9.
185. Tgk. Panglima Hasan Trienggadeng, syahid.
186. T. Panglima Ma'e Trienggadeng, ditawan, kemudian dibebaskan.
187. Tengku Tanohmirah, syahid 1904, Agustus 4.
188. Teuku Di Klibeuet, syahid 1904, Agustus 4.
189. Tengku Lambada Tirou, syahid 1904, Agustus 4.
190. Pocut Husin III Mukim Kayee Adang, syahid 1904, Agustus 4.
191. Tengku Ma' Ali Tirou, syahid 1904, Mei.
192. Tengku Di Paru, syahid 1904, Mei.
193. Tengku Di Peureumeue, syahid 1904, Mei.
194. Tengku Silang, syahid 1904,Mei.
195. Haji Gantou, syahid 1904, Mei.
196. Tengku H. Seuman, Blue' Lam kabeue, syahid 1904, Mei.
197. Datuk Muhammad Zein Simeulu, syahid 1904 di Sinabang.
198. Datuk Tapa, syahid 1904, di Sinabang.
199. Tengku Alue Keutapang Samalanga, syahid 1904, Oktober 22
200. Tengku Mat Din, syahid 1904 22 di Kd. Pandrah. 
201. Tengku Chi’ Beureunun, syahid 1904, Okt0ber 22.
202. Habib Bin Habib Samalanga, syahid 1904, Oktober 17 di Teupinmane.
203. Tengku Tapa, syahid.
204. Panglima Prang Ekeh, syahid di Aceh Utara.
205. Usman Lampong Minyak, syahid di Aceh Besar.
206. Inen Mayak Teri (Srikandi)
207. syahid di Kutaraja.
208. Pang Reje Gembera, syahid di Lukup.
209. Penghulu Kemili, syahid di Tenge Besi. 
210. 1Pang Tengku Lebet, syahid di Tenge Besi.
211. Pang Penulu Aman Beuramat syahid di Tenge Besi.
212. Pang Lebe Nenggeri, syahid di Tenge Besi.
213. Pang Nyak Gerem, syahid di Tenge Besi.
214. Pang M Sabil Kebayakan, syahid di Mampak/Asir-asir.
215. Panglima Prang Amin, syahid di Tengku Burnni Pante.
216. Pang Bedel, syahid di Amuk Penyampuran.
217. Pang Ramung, syahid di Amuk Penyampuran.
218. Aman jalil, syahid di Amuk Penyampuran.
219. Tengku Mude Bujang Kebayakan, syahid di Perang Bur KuL
220. Tengku Kemala Reje, syahid di Perang Bur Kul.
221. Empon Gayo, syahid di Perang Bur Kul
222. Empun Negeri, syahid di Pertempuran Kanis.
223. Tengku Teungoh, syahid di Pertempuran Kanis.
224. Tengku Dedu, syahid di Per¬tempuran Kanis.
225. Petue Amin, syahid di Atu Sengkeh.
226. Pang Sabil, syahid di Lenang Isaq.
227. Panglima T. Raja Bedussamad syahid 1904 di Bambel Tanah Alas.
228. Panglima Ma' Husin, syahid 1878 di Penosan Gayo Luas.
229. Panglima Guru Leman, syahid 1906 di Kutacane.
230. Panglima Guru Edjem (Nejem) syahid 1904 di Blang keujeuren.
231. Panglima Laot, syahid di Aceh Tenggara.
232. Panglima Sagub, syahid. sda.
233. Panglima Mamad, syahid sda.
234. Panglima Tumbuk, syahid sda.
235. Panglima Raja Mude wan Atan syahid sda.
236. Panglima Raja Souib, syahid sda.
237. Panglima Dasil, syahid sda.
238. Panglima Metederil syahid sda
239. Panglima Djiboen, syahid sda.
240. Panglima Adjam, syahid sda.
241. Panglima Djunim, syahid sda.
242. Panglima Aman Djata, syahid sda. 
243. Panglima Keter, syahid sda.
244. Panglima Titin, syahid sda.
245. Panglima Dasin, syahid sda.
246. Panglima Lebong, syahid sda.
247. Panglima Mude Telaga Mekar, syahid sda,
248. Panglima Bedu Mamas, syahid sda. 
249. Panglima Tumbuh, syahid sda.
250. Panglima Lengat Trt. Pedi, syahid sda.
251. T. Keuiruen Meukek, syahid 1904, Mei di Meukek.
252. T. Keumangan Meurah Puteh, syahid 1904, Mei di Meukek.
253. Tuanku Ahmad Batee, syahid 1904, Mei di Pidie/Batee.
254. Tuanku Ibrahim Abdulmajid, syahid 1904, Mei di Pidie/ Batee.
255. Tengku Lamcut Habib Teupin Wan, syahid 1905, di Tirou.
256. Habib Umar, syahid 1905 di Tirou.
257. Habib Husin, Lam Ilie, syahid 1905, di Tirou.
258. Habib Gandu, syahid di Pidie. 
259. Habib Muhammad, syahi di Pidie.
260. Habib Amad, syahid di Pidie. 
261. Tengku Chi' Syahkubat, syahid di Pidie.
262. Tengku Nyak Aceh, syahid di Pidie.
263. Tengku Di Lamlo, syahid di Pidie.
264. Tengku Doraman, syahid di Pidie.
265. Tengku Andib, syahid di Pidie
266. Tengku Usuih, syahid di Pidie.
267. Tengku Lambuga, syahid di Pidie.
268. Tengku Ahmad Saleh, syahid di Pidie.
269. Tengku di Bueng, syahid di Pidie.
270. Tengku Leman, syahid di Pidie
271. Tengku Pakeh, syahid di Pidie
272. Tengku Meurandeh, syahid di Pidie.
273. Tengku Chi’ Di Jambi, syahid di Pidie.
274. Tengku Di Samad, syahid di Pidie.
275. Tgk. Ma' Atnan Blang Rhi, syahid di Pidie.
276. Tengku Andah, syahid di Pidie
277. Tengku Hasyem, syahid di Pidie.
278. Tgk. Cot Renem Di Tirou, syahid di Pidie.
279. Tgk. Abdurrahman, syahid di Pidie.
280. Tgk. H. Bantan, syahid di Pidie.
281. Tgk. H. Ahmad, syahid di Pidie. 
282. Tgk. Polem Daluna, syahid di Pidie. 
283. T. Keujruen Ubit Tangse, syahid di Pidie.
284. Keuchi' Seuman dan 3 anak buahnya, syahid 1907, dalam penyerbuan tangsi Belanda di Kutaraja.
285. Imeum Raya Akub, syahid 1907, di Peusangan/Bireuen.
286. Habib Umar, syahid 1907 di Peusangan/Bireuen.
287. Imeum Hasan Brigen Lho'seumawe syahid 1907, di Lho’ Seumawe.
288. Imeum Lah, syahid 1907, di Lho' Sukon.
289. T. Ben Seuleuma', syahid 1907 di Lho’ Sukon.
290. T. Sabon, syahid 1907, di Lho' Sukon. 
291. T. Chi’Tunong Cut Muham¬mad, syahid 1905, ditembak Belanda di Lho' Seumawe.
292. T. Gam Keujruen Ruah, syahid 1905, sda.
293. Habib Jurong, syahid 1909, di Samalanga.
294. Tgk. Asan, syahid di Pidie.
295. Habib Ahmad, syahid di Pidie.
296. Pang Wahid, syahid di Lho’ Seumawe.
297. Ma' Amin, Tgk. di Aceh, syahid 1909, di Lho' Seumawe.
298. Pang Cante, syahid.
299. Pang Tahe, syahid.
300. Pang Piah, syahid.
301. Pang Daya. syahid.
302. Pang Husin, syahid. 
303. Pang Lutan, syahid.
304. Pang Syekh Maun, syahid.
305. Pang Aron, syahid di Blangmangat. 
306. Pang Abah, syahid.
307. Pang Beuramat, syahid di Peu toe.
308. T. Muda Rayeu', syahid. 
309. Tengku Di Lankahan, syahid. 
310. Tgk. Raman, syahid. 
311. Tgk. Pantonlabu, syahid.
312. Tgk. Di Jambo Aye, syahid.
313. Tgk. Imeum Alue Keutapang, syahid. 
314. Tgk. Cut, syahid.
315. Tengku Ma' Areh, syahid.
316. Tengku Puteh Buah, syahid.
317. Tengku Muhammad Nafiah, syahid.
318. Tengku Leube Nga, syahid.
319. Habib Hasyim, syahid.
320. Tengku Muda Gantoe Keureutou, syahid.
321. Imeum Chi' Matang Raya, Ara Keumudo, sya'hid.
322. Tgk. H. Adib, Matangkuli, syahid.
323. Tgk. Imeum Blang Payabakong, syahid.
324. Tgk. Adam, syahid.
325. Leube Syam, Matangseuleuma syahid.
326. Keudjmen Bukit, syahid.
327. Imeum Bale Tuha, Hakim Krueng, syahid.
328. Waki Him Meulaboh, syahid 1909.
329. Rajo Dibukit Panglima Nain, syahid 1909.
330. Tengku di Bukit, syahid 1910, 21 Mei di Aceh Utara
331. Tgk. Chi’ Harun, syahid 1910 sda.
332. Tgk. Ali Peutou, syahid 1910 sda.
333. Tgk. Ismail Glumpang Payong, syahid 1910 sda.
334. Tgk. Pi'ie Iboih, syahid 1910 sda.
335. Tgk. Yet Lho'kayu, syahid 1910 sda.
336. Tgk. Dayah Geumpang, syahid 1910 sda.
337. Tgk. Saleh Tangse, syahid 1910 sda.
338. Tgk. Saleh Tangse, syahid 1910 sda.
339. Tgk. Rahman Tirou, syahid 1910 sda.
340. T. Keujruen Leupo Geumpang syahid 1910 sda.
341. Pang Sin, syahid 1910 Pebruari di Peusangan. 
342. Pang Cut Ahmad Rambong, syahid 1910 sda. 
343. Pang. Meureudu, syahid 1910 sda.
344. T. Usuh, syahid 1910 sda. 371.
345. T. Sabi, syahid 1910 sda.
346. Pang Akob, syahid 1910 sda. 372.
347. Tgk Imeum Ma' Asan bin Putih, syahid 1910 sda. 
348. Habib Ahmad, syahid 1910 sda.
349. Pang Ben, syahid 1910 di Blang Guron.
350. T. Ben Uleebalang Samalanga, 37 syahid 1910 di Peusangan.
351. Habib Musa, syahid 1910 sda.
352. Panglima Blang Midan, syahid 1910 sda.
353. Tgk. Di Payabakong, syahid 1910 di B.B. Ara.
354. Tgk Di Andak, syahid 1910 sda. 
355. Tgk. Di Barat, syahid 1910 sda.
356. Pang Lambot, internir.
357. Imeum Meunna, syahid 1910 di B.B. Ara.
358. Tgk. Seupot Mata, syahid 1910 sda. 
359. Tgk. Cut Hasyim, syahid 1910 sda. 
360. Tgk. Banta, syahid 1910 sda. 
361. Tgk. Lhon Keubeue, syahid 1910 sda.
362. Tgk. Di Aceh, syahid 1910 sda.
363. Panglima Prang Nanggroe, syahid 1910 sda. 
364. Tgk. Sumbou, syahid 1910 sda. 
365. Imeum Abah, syahid 1910 sda. 
366. Tgk. M. Saleh Bin Tgk. Seupot Mata, syahid 1910 sda. 
367. Cut Meutia, syahid 1910 . 
368. T. Raja Sabi, Keureutou, in¬ternir.
369. T. Makam, syahid 1910 di Keureutou.
370. Si Juba, syahid 1910 sda. 
371. Cut Puteh, syahid 1910 di Pirah.
372. Aman Berani, syahid 1910 di Gayo.
373. Raje Puteh, syahid 1910 sda. 
374. Habib Jurong Samalanga, syahid 1910 Juli di Samalanga. 
375. Tgk. Daud, syahid 1910 di Mukim VII.
376. Tgk. Asan Titeue, syahid 1910 di Titeue.
377. Tgk. Putih, syahid 1910 sda. 
378. Panglima Prang Lampoco', syahid 1910 sda.
379. Kali Blangcut, syahid 1910 sda.
380. Tengku Ali, syahid 1910 sda. 
381. Pang Thayeb, syahid 1910 sda.
382. Pang Nalou ambeue, syahid sda. 
383. Pang Ben Seugou, syahid 1910
384. Imeum Alue Keutapang, sya¬hid 1910 di Lho' Sukon, 
385. Tengku Cut, syahid 1910 sda. 
386. Tgk. Imeum Adeue Alue Lhok syahid 1910 di Alue Lho' 
387. Tgk. Musa, syahid sda. 
388. Tgk. 'In, syahid sda.
389. Tgk. Adan; syahid sda.
390. Keupala Mansur, syahid sda. 
391. Panglima Nyak Gayo, syahid sda.
392. T. Muda Peundeng, syahid sda. 
393. Tgk. Akbar Bin Aliddin, sya¬hid 1911 sda. 
394. Tgk. Ulee Tutue, syahid sda.
395. Tgk. Ma'ruf, syahid sda. 
396. Tgk. Abdulwahab Tanoh Abee, syahid 1911 di Pidie.
397. Tgk. M. Saleh Bin M. Amin Tiro, syahid 1911 sda.
398. Pang Bintang, syahid 1911 sda.
399. Pang Abaih XXV Mukim, syahid 1911 sda.
400. Pang Mat Piyeueng, syahid 1911 sda. 
401. Reje Kahar Gayo, syahid 1911 di Gayo.
402. Lahidin, syahid 1911 sda.
403. Lebe Grondong, syahid 1911sda. 
404. Pang Manap, syahid 1914, Nopember sda. 
405. Waki Tam, syahid 1914 di Meureubo.
406. Muda Nyak Ben, syahid 1914 sda. 
407. T. Angkasah, syahid 1926 di Bakongan. 
408. T. Mulod, syahid 1926 sda.
409. T. Cut Ali, syahid 1926 sda.
410. T. Nago, syahid 1926 sda. 
411. Imeum Sabi, syahid 1926 sda. 
412. H. Yahya, syahid di Aceh Selatan. 
413. Tengku Chi' Di Batee Tunggal syahid 1926 sda. 
414. T. Muda Lambeusou, syahid 1926 sda, 
415. Habib Mustafa Tapaktuan. syahid 1926 sda. 
416. Habib Putih, syahid 1926 sda. 
417. T. Mat Usuh Lamsiron, syahid 1926 sda.
418. T. Putih Trumon, syahid 1926 sda. 
419. Nya' Aceh Trumon, syahid 1926 sda.
420. Datuk Nyak Neh, syahid 1926 sda. 
421. T. Nyak Dalam Keumire, syahid 1926.
422. T. Chi' Lampisang Cot Lam Gle, syahid.
423. Pang Abaih Montasiek, syahid. 
424. Pang Reudeuep, syahid. 
425. T. Muda Nyak Malem Simpang Ulim, syahid.
426. Tgk. Muhammad Diah Simpang Ulim, syahid. 
427. Panglima Prang Hakim Julok Cut, syahid.
428. T. Bentara Peukan Julok Rajeu' diinternir ke Maluku. 
429. T. Panglima Nya' Bugam Idi Cut, syahid.
430. T. Syamsarif Idi Cut, diinter¬nir ke Boven Digul. 
431. Tgk. Usuh Ulee Gajah, syahid. 
432. T. Bukit Pala Idi, syahid. 
433. Nyak Bahrum Idi, syahid. 
434. T. Panglima Kaum Lam Ba Et Peudawa, syahid. 
435. T. Abu Peudawa. 
436. T. Panglima Nyak Muhammad Peureulak, syahid. 
437. T. Meudagu Peureulak, syahid. 
438. Nyak Umar Alue Nireh, syahid. 
439. Panglima Prang Beuni Bayeuen syahid.
440. T. Chi' Bintara Blang Langsa. diinternir ke Ternate. 
441. Tuanku Ibrahim Manyak Pahet.
442. T. Banta Afanad Sungai Yu, syahid.
443. T. Panglima Dalam Ma' Saleh S. Yu, syahid.
444. Pocut Raja Ahmad Bendahara, syahid.
445. Panglima Sya'ban Bendahara. 
446. Panglima Tanjung Bendahara. 
447. Datuk Bongkok Bendahara, syahid.
448. Pang Hasan Bendahara, syahid. 
449. Pang Dasa, syahid. 
450. Panglima Sa'ad, syahid.
451. …………
 
Paya Kareueng, Bireuen, 06 November 2020 
(IFWADI TAIB)

Pendidikan

Pengertian Sejarah Sebagai Ilmu, Sebagai Kisah, Sebagai Peristiwa dan sebagai Seni

Pengertian Sejarah Sebagai Ilmu, Sebagai Kisah, Sebagai Peristiwa dan sebagai Seni 1. Sejarah Sebagai Ilmu Sejarah sebagai ilmu merupakan ...

Tampilkan