MEMPERINGATI HUT KEMEDEKAAN RI KE - 75:
Pesawat Pertama Indonesia ITU dari Singapura Mendarat di Yogyakarta!
YOGYAKARTA, (26/6 ) – Pesawat DC-3 ``Dakota`` register RI-001 bernama `` Seulawah`` sumbangan rakyat Aceh untuk menegakkan kemerdekaan Indonesia, meliputi penembusan blokade wilayah udara Indonesia dengar dunia luar, dikembalikan secara resmi kepada rakyat Aceh, Selasa 26 Juni, untuk diabadikan sebagai monumen patriot dan nasiolisme, keikhlasan beramal secara gotong royong menghimpun dana bagi perjuangan bangsa.
Pesawat yang merupakan replika pesawat asli ini diserahkan secara resmi oleh Komandan pangkalan Udara Utama (Lanuma) Adisucipto Kolonel penerbangan Aloan Silalahi, selaku penanggung jawab pengabdian benda-benda bersejarah TNI-AU kepada Markesal pertama TNI Suwakarta, kepala staf Komando paduan Tempur Udara (Kopadara) yang kemudian menerbangkan pesawat tersebut menuju Aceh. Sedangkan Co Pilot Mayor penerbangan Sutrisno dari Kopadara.
Upacara pelepasan pesawat `` Seulawah `` berlangsung khidmat di Lanuma Adisucipto, dihadiri oleh jajaran TNI- AU, Pesawat tinggal landas bersamaaan dengan terbitnya matahari di ufuk timur,
Pesawat mencapai Aceh dengan mengulusuri rute bersejarah, Maguwo (Adisucipto) – Halim Perdanakusumah- Jambi-Payakumbuh dan berakhir di Aceh.
Modal Pertama
Pesawat Dakota RI-001 ``Seulawah ``yang dalam sejarahnya menjadi modal utama yang mengembangkan kekuataan udara Indonesia, baik militer maupun penerbangan sipil, tiba di Indonesia dari Singapura akhir Oktober 1948 dan lansung mendarat di pangkalan Udara Maguwo Yogyakarta.
Kehadiran pesawat Dakota itu membuktikan pula, rakyat Aceh termasuk yang mendahului daerah propinsi lain di Sumatera dalam pemenuhan imbauan Presiden pertama RI Sukarno untuk ’’ Dana Dakota``.
Sengaja imbauan ’’ Dana Dakota``didengungkan rakyat untuk rakyat di Sumatera, karena waktu rakyat di sana memiliki potensi bagi pengadaan pesawat terbang untuk mendukung perjuangan bangsa menegakkan kemerdekaannya.
Dakota Seulawah berhasil melaksanakan tugasnya di bidang Hankam Non-hankam seperti mengakui Wakil Presiden Mohammad Hatta dan rombongan ke daerah-daerah di Sumatera dari Maguwo menuju Jambi Indonesia, antara Sulawesi dan Jawa, mengangkut perbekalan militer, termasuk di dalamnya amunisi dari Rangoon ke Aceh.
Hubungan udara Rangoon – Aceh yang pada suatu waktu pernah terganggu gigihnya perlawanan gerilya rakyat Aceh terhadap Belanda, menjadikan Pesawat RI-001 harus di daratkan di Pangkalan Udara Lhok Nga.
Pertahanan
Pesawat Dakota RI-001 dapat disebut juga sebagai besar modal pertama pembangunan perusahaan penerbangan ’’ Garuda Indonesian Airways’’ (GIA)
Dengan terputusnya hubungan udara di tanah air akibat ketatnya pertahan udara Belanda, menyetujui prakarsa Opsir Udara Ir Wiweoko Soepono, sekarang Dirut PT Garuda, untuk mendirikan perwakilan usaha penerbangan RI yang berpangkalan di Rangoon.
Pesawat Dakota RI- 001 dengan nama ’’ Seulawah’’ yang dijadikan modal pertama Indonesia di luar negeri antara lain dipergunakan mendukung biaya pendidikan para penerbangan dan petugas penerbangan lainnya yang belajar di India.
Juga untuk mendukung pembiayaan perwakilan RI di Rangoon, Pakistan dan India serta membeli dan merawat pesawat Dakota lainnya RI-007 ’’Yogyakarta”.
Pada waktu ’’ Aksi Militer” Belanda ke-II dilancarkan, 19 Desember 1948, Pesawat RI-001 Seulawah secara kebetulan sedang ada di India untuk perawatan berkala dan menambah perlengkapan tangki untuk pernerbangan jarak jauh.
Pesawat Dakota RI-001 ’’Seulawah’’ kembali ketanah air setelah pemulihan kedaulatan negara RI dan mengakhiri tugasnya 3 Agustus 1950.
(Sumber: Harian Kedaulatan Rakyat, 27 Juni 1984, halaman 12. Koran ini terbit di kota Yogyakarta).
KR 27-6 1984 hlm 12.
*Disalin kembali oleh T.A. Sakti
**Bekas Bale Tambeh: 10 Agustus 2020, pukul 06.59 wib., Meeerrrrdekaaaaa!!!!!!!.
Tapi
- Menjelang saya jak sale droe ( berdiang di api) pakai arang ngon bak reudeuep ( dan batang dadap) bagi mengobati beragam penyakit. Berobat ala kuno dalam tradisi Aceh ini sudah melintasi berbilang abad. Banyak peperangan yang dilalui rakyat Aceh ikut melibatkan ubat seumale ini!!!.
Dulu, ketika bayi-bayi mungil Aceh baru lahir; Ibunya melakukan pengobatan “madeueng” (bersale atau berdiang di balai yang di bawahnya dihidupkan api) selama 44 hari.
Tradisi madeueng inilah yang menetaskan perempuan-perempuan tangguh di Aceh, sebagai Pahlawan Nasional: Cut Nyak Dhien, Cut Meutia dan Pocut Keumala Hayati, serta Pahlawan Daerah Aceh: Pocut Meurah Intan, Pocut Baren, Teungku Fakinah dll
Paya Kareueng, Bireuen 10 Agustus 2020
Ifwadi Taib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar